Sabtu, 15 April 2017

Seharusnya Amerika Serikat Tidak Dipanggil Paman Sam dalam Bahasa Indonesia

Seharusnya Amerika Serikat Tidak Dipanggil Paman Sam dalam Bahasa Indonesia


Seluruh negara di dunia dipastikan memiliki kepentingan dengan negara Amerika Serikat. Negara adidaya yang juga memiliki kepentingan dan bahkan sering sok penting terhadap negara lain.

Ada berbagai nama panggilan yang ditujukan kepada negara yang berbentuk negara serikat dengan beberapa negara bagian. Berikut ini beberapa sebutan untuk negara yang saat ini sedang dipimpin oleh Presiden Donald Trump.
Sumbe Gambar: https://static.comicvine.com/


Sebutan untuk negara Amerika Serikat yang memiliki nama resmi USA = United States of America dalam bahasa Indonesia ada beberapa, yaitu:

Negara Adidaya
Negara Superpower
Negara Adikuasa
Paman Sam

Pada dasarnya tiga sebutan yang pertama adalah adalah sinonim. Super Power adalah serapan dari bahasa Inggris, sementara bentuk Adidaya dan Adikuasa merupakan sinonimnya.

Adi- adalah bentuk terikat yang artinya ‘paling’ berarti sama saja dengan ‘super’. Sementara kata ‘daya’ adalah terjemahan dalam bahasa Indonesia yang juga memiliki makna ‘kuasa’ atau ‘kekuatan’, yang dalam bahasa Indonesia artinya ‘power’.

Sementara sebutan yang terakhir adalah Paman Sam merupakan terjemahan dari sebutannya dalam bahasa slang bahasa Inggrisnya yaitu Uncle Sam. Sebenarnya penyebutan ‘Uncle Sam’ merupakan singkatan dari US, penyebutan lain selain USA, yang juga biasa digunakan di dalam masyarakat Amerika Serikat.

Sama halnya dengan penyingkatan nama resmi negara Indonesia yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang biasa disingkat dengan NKRI, juga acap kali ditulis RI saja.

Jadi, penyebutan Uncle Sam merujuk pada singkatan US dari United States. Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia seharusnya juga harus memperhatikan akar kata dan sumber yang menjadikan dan membentuk istilah tersebut.

Inti dari Uncle Sam adalah US maka terjemahannya harus berakar dari dua huruf itu yaitu US. Jika diterjemahkan menjadi Paman Sam, maka jika disingkan menjadi PS, bukan lagi US.

Jika ingin tetap menerjemahkan nama lain United State dalam Bahasa Indonesia dan tetap mempertahankan bentuk dasar singkatan US maka bisa menggunakan istilah yang sudah ditawarkan oleh beberapa ahli bahasa antara lain menggunakan istilah:

Uda Sam atau Uwak Sam

Uda adalah panggilan untuk orang laki-laki yang lebih tua, sama dengan ‘Kakak’. Kata uda menjadi alternatif karena sama-sama diawali dengan huruf ‘u’, sama dengan ‘uncle’ dalam bahasa Inggrisnya. Ditinjau dari struktur istilahnya, bisa dipahami, yaitu : Kak Sam. Jadi, ‘sam’ sama-sama nama diri.

Uwak  juga menjadi alternatif. Uwak dalam bahasa daerah Jawa, Uwak adalah istilah yang juga digunakan untuk menyebut saudara laki-laki dari ibu atau bapak. Uwak bersinonim dengan Pak Dhe, atau Om, atau Paman. Bedanya, Uwak atau Pak Dhe adalah saudara yang lebih tua dari orang tua, sementara kalau Paman dalam bahasa Jawa sama dengan Pak Lik, saudara yang lebih muda dari orang tua.

Jadi, dari segi struktur bahasa dan makna sintaksis dan semantisnya maka Uda Sam dan Uwak Sam sama-sama bisa diterima.

Yang menjadi masalah adalah orang Indonesia telanjur menggunakan istilah Paman Sam untuk menyebut USA. Jika ingin mengubah  itu, tentu bergantung pada seluruh pengguna bahasa Indonesia. Jika semua guru lebih menulis Uwak Sam daripada Paman Sam untuk Amerika Serikat, juga diterapkan oleh wartawan dan penulis, maka kebiasaan itu akan berubah pula.

Jika memang masing menggunakan bahasa Indonesia, seperti halnya dengan US (United States) yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia  menjadi Amerika Serikat biasa disingkat AS. Mungkin terjemahan dan penyebutan lain yang lebih pas adalah Akang Sam jika disingkat tetap menjadi AS.

Mau pilih yang mana, terserahlah pada pengguna bahasa Indonesia.

Ada istilah lain dalam Bahasa Inggris berkaitan dengan USA yaitu POTUS. POTUS adalah akronim resmi yang dipakai oleh Presiden AS, akronim dari President of The United States. POTUS juga digunakan sebagai akun twitter resmi presiden amerika @POTUS.


Semoga bermanfaat!

Jumat, 14 April 2017

Makna dan Arti Perbait Puisi ‘Pahlawan Tak Dikenal’ Karya Toto Sudarto Bachtiar

Makna dan Arti Perbait Puisi ‘Pahlawan Tak Dikenal’ Karya Toto Sudarto Bachtiar

Pahlawan Tak Dikenal
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang…
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang…

Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan untuk tidur sayang…
Wajah sunyi setengah tergundah
Menangkap sepi pedang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda…
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajah sendiri yang tak dikenalnya…
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: “aku sangat muda”
Klik Tautan untuk membaca biografi singkat Toto Sudarto Bachtiar.



Parafrase Puisi ‘Pahlawan Tak Dikenal’

Untuk memahami sebuah karya sastra puisi dengan mudah, maka perlu dilakukan parafrase terhadap puisi tersebut. Berikut ini adalah parafrase untuk puisi ‘Pahlawan Tak Dikenal’ hasil karya Toto Sudarto Bachtiar.

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi (dia) bukan (sedang) tidur, sayang…
Sebuah lubang peluru (berbentuk) bundar (ada) di dadanya
(dalam)Senyum bekunya (dia)mau berkata, kita sedang perang…
Dia tidak ingat bilamana (kapan) dia datang (ke medan perang ini)
Kedua lengannya memeluk (memegang) senapan (senjata api)
Dia (juga)  tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring (di atas tanah), tapi bukan untuk tidur sayang…
Wajah(nya) sunyi setengah tergundah
(seakan) Menangkap sepi (mengiris seperti) pedang (saat) senja
(penduduk) Dunia tambah (merasa) beku di tengah derap (langkah orang) dan suara  (perbincangan)nmenderu (mengatakan bahwa)
Dia masih sangat muda…
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali (mengenang) memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, (justru) wajah-wajah sendiri yang tak dikenalnya…
(sudah) Sepuluh tahun yang lalu dia (gugur) terbaring
Tetapi (dia tidak sedang) bukan tidur, sayang
(dia mati karena tertembak) Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya (seolah-olah)  mau berkata: “aku (mati berjuang) sangat muda”

Puisi di atas ‘Pahlawan Tak Dikenal’ ditulis pada 1955. Tepat sepuluh tahun peristiwa 10 November yang kemudian dikenang sebagai hari pahlawan. Bukan karena banyak pahlawan yang lahir pada 10 November, melainkan pada 10 November 1945 terjadi pertempuran sengit yang memakan korban jiwa banyak dari rakyat Indonesia di Kota Surabaya.

Sebuah peristiwa penting dalam tonggak sejarah bangsa Indonesia. Dalam pertempuran 10 November, rakyat Indonesia memang kalah karena persenjataan dan tentara yang tidak terlatih seperti tentara penjajah. Tetapi peristiwa tersebut menunjukkan eksistensi bangsa Indonesia bahwa benar-benar ingin merdeka dan siap mempertahankan kemerdekaan.
Contoh Parafrase Puisi yang lain dapat dibaca dalam beberapa artikel ini: Lihat dan Baca
Berikut ini makna puisi ‘Pahlawan Tak Dikenal’ dari masing-masing bait:

Bait pertama:
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang…
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang…

Menunjukkan bahwa tokoh ‘Pemuda Tak Dikenal’ sudah mati karena tertembak. Terbuki dengan adanya baris ketiga yang tertulis, lubar peluru bundar di dadanya. Juga dibuktikan dengan adanya frasa ‘senyum bekunya’. Beku menandakan bahwa seseorang telah mati.
Akan tetapi, tokoh Pemuda Tak Dikenal tidak sedih. Dia tersenyum. Berarti ini menandakan bahwa dia ikhlas mengorbankan jiwa raganya untuk bangsa.
Sementara penggunaan kata ‘kita’ menandakan bahwa penyair ingin melibatkan setiap pembacanya, seluruh rakyat Indonesia dalam emosi puisi tersebut. Mengingatkan bahwa kita pernah mengalami hal semenyakitkan itu.
Bait Kedua:
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapan
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan untuk tidur sayang…

Bait kedua puisi di atas menggambarkan bahwa dia (Pemuda) datang ke medan pertempuran sudah lama. Sampai tiadak ingat. Dia datang berperang juga tidak tahu untuk siapa. Penggunaan kata ‘siapa’ mengindikasikan alasan kedatangannya ke medan pertempuran bukan untuk orang lain, tetapi untuk bangsa dan negaranya.

Meskipun akhirnya dia gugur terbaring, tetapi sebelumnya sudah memegang senapan. Berarti sedang berperang.

Bait Ketiga:
Wajah sunyi setengah tergundah
Menangkap sepi pedang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda…

Kini wajah sang pemuda penuang itu sudah sepi. Tak bisa lagi berjuang. Di agak gundah, atau bingung. Menangkap sepi saat sudah senja. Kata senja menandakan akhir perjalanan. Jadi, akhir perjuangan pemuda tersebut.

Selain dirinya dan senyumnya yang membeku. Orang-orang di dunia juga ikut terpaku dan terharu. Sehingga banyak pergunjingan di dunia internasional yang mengatakan bahwa pemuda pejuang itu masih sangat muda saat gugur.

Bait Keempat:
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajah sendiri yang tak dikenalnya…

Setelah tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan, banyak orang yang berbondong ikut-ikutan memperingati. Kata hujan menandakan bahwa suasana sedang sedih. Hujan identik dengan tangis.

Peringatan yang dilakukan sekadar peringatan. Sekadar merangkai bunga, tetapi tidak mengenal sang pejuang yang gugur, untuk apa dia berjuang hingga gugur. Yang tampak adalah keasingan yang tak dikenal. Tidak mengenal potensi diri, tidak mengenal potensi bagi negara.

Bait Kelima
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata: “aku sangat muda”

Bait kelimat tersebut mengindikasikan bahwa kita harus mengenangnya. Setelah sepuluh tahun lalu (puisi ditulis 1955), maka yang dimaksud adalah 1945, tahun proklamasi Indonesia sekaligus pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Dalam bait terakhir tersebut ‘hanya’ ditulis: mau berkata: aku sangat muda.

Baris terakhir bisa dimaknai sebagai adanya gugatan pada keadaany. Jika ditulis panjang bisa berupa tulisan seperti ini:
Aku masih sangat muda, sudah gugur di medan perang. Tidak mengharapkan imbalah apa atau jadi siapa. Semua yang kulakukan  demi negara Ini. Jangan buat mainan, jangan mengutamakan kepentingan diri sendiri, tetapi dahulukan kepentingan bersama.

Aku rela mati sangat muda. Kita harus bisa menjalankan dengan baik kemerdekaan Indoneisa. Kemerdekaan Indonesia harus dibayar mahal. Maka kini kau tinggal mengisinya masak masih sangat muda menyerah kepada keadaan.

Refleksi Puisi

Penjelasan di atas adalah materi pengetahuan puisi ditinjau dari makna keseluruhan yang diterapkan.

Intinya: Banyak pemuda tak dikenal yang gugur di palagan 10 November di Surabaya. Jika berhenti maka kita akan jalan terus.

Banyak pemuda yang gugur karena sudah angkat senjata. Kematiannya dalam usia yang sangat muda, semakin menjadi perhatian dunia. Gugurnya semakin menjadi deru perbincangan orang dunia internasional.


Demikian penjelasan mengenai makna dan arti puisi ‘Pahlawan Tak Dikenal’. Semoga bermanfaat.

Kamis, 13 April 2017

Contoh Syair Hormat pada Orang Tua

Contoh Syair Hormat pada Orang Tua


Syair adalah bentuk sastra lama yang peredaran awalnya melalui media tutur. Berkembang dari mulut ke mulut. Syair sering kali berisi ajaran moral yang baik. Penggunaan bentuk syair yang dapat dilagukan dan diakhiri bunyi yang sama membuat syair mudah diingat dan enak disampaikan maupun didengar.


Syair, dalam bahasa Jawa laras pesantren juga disebut degnan syi’ir atau syi’iran. Bentuknya sama dengan syair. Syi’ir lebih identik dengan ajaran Islam yang sudah mengalamai penyesuian dengan budaya Indonesia. Maka biasanya digunakan bahasa Jawa. Lagunya juga biasanya disesuaikan dangan syair bahasa Arab yang sudah jamak diketahui dan berkembang dalam masyarakat.

Wujud perilaku hormat pada orang tua
Sumbe gambar: viosixwey.blogspot.co.id


Biasaya syi’ir dalam bahasa Jawa disesuaikan dengan salawat yang sudah diketahui banyak oleh masyarakat.

Syair, ketentuannya sudah baku. Terdiri dari empat baris yang masing-masing baris harus terdiri antara delapan sampai dua belas suku kata, dan masing-masing baris diakhiri dengan huruf yang sama. Serta, semua baris merupakan isi yang memiliki makna.

Adapun di yang disampaikan di sini adalah contoh syair yang berisi tentang tema hormat kepada orang tua.

Syair untuk Ayah Ibu

Ketika hari masih pagi
Engkau sudah bersiap pergi
Menuju ladang tiap hari
Mengusir lelah dalam diri

Demi kami anak-anakmu
Kami yang masih sering jemu
Masih enggan untuk membantu
Dari rumah hanya termangu

Ini syair untuk ayah
Yang selalu bersusah payah
Bekerja tak kenal lelah
Mengeluh pun juga tak pernah

Maafkan diriku sebagai anak
Aku berjanji pasti kelak
Berbakti untuk bergerak
Dengan semangat yang bergejolak

Untuk ibuku yang tersayang
Yang setiap pagi berjuang
Memberikan kasih sayang
Meski kami bangun siang

Mengajari kami tak kenal henti
Sepenuh jiwa sepenuh hati
Jadikan kami insan berbudi
Menjadi baik kami berjanji

Kepada ayah ibu tercinta
Janji kami ucapkan setia
Pengorbanan penuh segala
Kan kami balas semua

Tuhan berikan kami kekuatan
Ubah niat jadi perbuatan
Untuk balas pengorbanan
Ayah Ibu kami sekalian

Jadikan mereka penuh bahagia
Dengan segala daya dan upaya
Di seluruh sisa usianya
Hingga nanti sampai ke surga

Contoh syair di atas terdiri dari sembilan bait. Bagian pertama menggambarkan perjuangan seorang bapak atau seorang ayah yang bekerja keras untuk keluarga dan anaknya.

Bagian selanjutnya contoh syair di atas menggambarkan perjuangan ibu yang penuh kasih sayang mendidik anak sehingga menjadi pribadi yang berbudi.

Sementara bagian akhir contoh syair di atas berisi harapan dari seorang anak  untuk bisa membahagiakan orang tuanya. Digambarkan dalam bagian akhir contoh syair di atas seorang anak yang berharap tidak hanya bisa berniat, tetapi juga bisa melaksanakan niatnya menjadi perbuatan untuk membahagiakan.

Juga berisi doa dari anak yang berharap orang tuanya bisa bahagia di dunia dan mendapatkan surga.


Sekian contoh syair hormat kepada orang tua. Semoga bermanfaat. Silahkan download dan baca contoh syair yang lain. Salam sastra nusantara.

Rabu, 12 April 2017

Partikel Penegas –lah, -kah, -tah, pun | Penjelasan dan Contohnya

Partikel Penegas –lah, -kah, -tah, pun | Penjelasan dan Contohnya
Partikel Penegas –lah, -kah, -tah, pun | Penjelasan dan Contohnya

Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak takluk (tidak mengikuti) perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringi saja. Ada empat macam partikel penegas yaitu partikel –lah, partikel –kah, partikel –tah, ketiganya adalah partikel yang bersifat klitika, menempel pada kata yang diikuti. Juga ada partikel pun yang tidak bersifat klitika.

Berikut penjelasan lengkap mengenai masing-masing partikel –lah, partikel –kah, partikel –tah, dan partikel pun beserta pembagian dan fungsi maknya secara renik (detil).

Partikel Pun


1. Partikel –kah

Partikel –kah berbentuk klitika dan bersifat manasuka dapat menegaskan kalimat interogatif (kalimat tanya). Berikut ini adalah ketentuan pemakaiannya:

a. Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah  kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif.

Contoh:
-       Dia ang akan datang. (Kalimat deklaratif)
-       Diakah yang akan datang? (Kalimat interogatif)

b. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya: apa, di mana, dan bagamaina, maka –kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit halus.

Contoh:
-       Apa ibumu sudah datang?
-       Apakah ibumu sudah datang?
-       Bagaimana cara menyelesaikan soal ini?
-       Bagaimanakah cara menyelesaikan soal ini?
-       Ke mana anak-anak itu pergi?
-       Ke manakah anak-anak itu pergi?

c. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah interogatif, maka partikel –kah akan memperjelas kalimat itu sebagai kalimat interogatif. Terkadang urutan kata dalam kalimatnya dibalik.

Contoh:
-       Akan datang dia nanti malam?
-       Akan datangkah dia nanti malam?
-       Akankah dia datang nanti malam?

-       Harus aku yang mulai duluan?
-       Haruskah aku yang mulai duluan?
-       Harus akukah yang mulai duluan?

-       Tidak dapat dia mengurus masalah sekecil itu?
-       Tidakkah dapat dia mengurus masalah sekecil itu?
-       Tidak dapatkah dia mengurus masalah sekecil itu?

2. Partikel –lah

Partikel –lah, juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif. Imperatif = kalimat perintah. Deklaratif = kalimat berita. Berikut ini adalah kaidah dan ketentuan pemakaiannya:

a. Dalam kalimat imperatif (perintah), parikel –lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya.

Contoh:
-       Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi!
-       Pergilah sekarang, sebelum hujan turun!
-       Kalau Anda mau, ambillah satu!

b. Dalam kalimat deklaratif, partikel –lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras.

Contoh:
-       Dari ceritamu, jelaslah dia yang salah.
-       Inilah gerakah pembaruan.
-       Kitalah pemangku masa depan negeri ini.
-       Diam sajalah kalau memang tidak mengerti.

Jadi, partikel –lah bisa berfungsi memperhalus makna kalimat tetapi di satu sisi juga bisa mempertegas makna kalimat. Dalam kalimat imperatif (kalimat perintah) partikel –lah dapat memperhalus maksud. Sementara pada kalimat deklaratif (kalimat berita) partikel –lah dapat mempertegas maksud.

3. Partikel –tah

Partikel –tah adalah partikel yang berbentuk klitika dan dipakai dalam kalimat interogatif. Bedanya kalimat interogatif (kalimat tanya) yang menggunakan partikel –tah biasanya tidak membutuhkan jawaban. Karena seolah-olah hanya menanyakan pada diri sendiri dan memiliki jawaban yang sudah jelas. Atau hanya karena kesangsian (ketidak-yakinan) akan kebenaran yang sedang dihadapi.

Partikel –tah banyak digunakan dalam karya sastra dan cerita melayu klasik. Sudah jarang (bahkan tidak pernah) digunakan lagi dalam penggunaan bahasa Indonesia modern.

Contoh:
-       Apatah artinya berpikir jika sedang bingung begini?
-       Siapatah gerangan yang sudi menolongku?
-       Apatah dia yang akan datang?

4. Partikel pun

Berbeda dengan partikel lain di atas, yang dipakai di kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat deklaratif. Cara menulisnya adalah dipisah dengan kata yang ada di depannya (dispasi).

Berikut ini merupakan kaidah penulisan dan makna partikel pun:

a. Partikel ‘pun’ dipakai untuk mengeraskan arti kata yang sedang diiringinya.

Contoh:
-       Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kita.
-       Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi olehnya.
-       Yang tidak perlu pun dibelinya juga.

Dari pemakaian partikel ‘pun’ di atas, dapat diketahui bahwa partikel pun cenderung dilekatkan pada subjek kalimat.

Perlu digarisbawahi bahwa partikel ‘pun’ pada kongjuntor (kata hubung) ditulis serangkai (tanpa spasi). Jadi ejaannya menjadi: walaupun, meskipun, kendatipun, adapun, seklaipun, biarpun, dan sungguhpun.

Berbeda penulisan dengan ejaan-ejaan berikut ini: merekap pun, itu pun, makan pun, ini pun. Dalam ejaan tersebut penulisan partikel pun dipisan dari kata yang ada di depannya.

b. Dengan arti yang sama seperti pada penjelasn di atas, partikel pun sering pula dipakai bersama partikel –lah. Hal ini untuk menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau proses mulai terjadi.

Contoh:
-       Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur.
-       Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan sangat deras.
-       Para anggota yang menolak pun mulailah turun ke jalan.


Sekian penjelasan tentang partikel –lah, -tah, -kah, dan partikel pun. Semoga memberikan manfaat meskipun sedikit.