Sabtu, 10 Juni 2017

Daftar Kata Tanya dalam Bahasa Indonesia

Kata tanya adalah kata yang umum digunakan untuk menandai kalimat tanya. Kalimat tanya digunakan untuk menanyakan sesuatu kepada orang lain untuk mendapatkan informasi. Kata tanya identik dengan unsur-unsur berita yang dalam ilmu jurnalistik sederhana biasa disingkat menjadi 5W+1H.



Lima W itu adalah

What
Where
When
Who
Why 

dan H adalah singkatan dari

How

Keenam kata di atas adalah kata tanya yang ada dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, singkatan 5W + 1H bisa disalin dengan akronim adiksimba yaitu:

apa
di mana
Kapan

Siapa
Mengapa
Bagaimana.

Kata tanya apa digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hal yang tejadi atau hal yang ditanyakan.

Kata tanya di mana digunakan untuk mendapatkan informasi tentang letak sesuatu yang ditanyakan.

Kata tanya kapan digunakan untuk mengetahui waktu.

Kata tanya siapa diguankan untuk menanyakan orang yang atau pelaku.

Kata tanya Mengapa digunakan untuk mengetahui informasi tentang alasan.

Kata tanya bagaimana digunakan untuk mengetahui proses atau kronologis suatu kejadian.

Contoh penggunaan kata tanya dalam kalimat:

Siapa yang membawa telepon?
Kapan kamu akan mengerjakan tugas itu?
Bagaimana keadaanmu?
Mengapa kamu tidak segera berangkat?
Di mana kamu meletakkan bukumu?
Apa yang ada di dalam tasmu?


Selain kata tanya yang biasa digunakan dalam ilmu jurnalistik di atas, ada pula kata tanya berapa yang digunakan untuk mengetahui jumlah.

Contoh:
Berapa uang sakumu hari ini?

ada pula kata kenapa yang biasa juga digunakan sebagai kata tanya dalam ragam percakapan. Kenapa adalah kata tidak baku yang artinya sama dengan mengapa. Sebagian pendapat mengatakan bahwa kata tanya kenapa merupakan serapan dari bahasa Jawa kena ngapa (baca: keno ngopo) yang lambat laun menjadi kenapa.

Jadi, dalam pembahasan ini, kata kenapa tidak dimasukkan ke dalam daftar kata tanya karena sudah diwakili oleh kata mengapa.

Selain itu, kata tanya tidak sebatas pada kata apa, siapa, di mana, kapan, mengpa, bagaimana, dan berapa. Hampir semua kata yang diberi imbuhan (partikel) -kah bisa beubah menjadi kata tanya.

Misalnya, partikel -kah melekat pada kata kamu menjadi kamukah

Contoh dalam kalimat:

kamukah yang menemukan pensilku?

Kata kamukah beubah menjadi kata tanya karena dilekati partikel kah.

Selain menggunakan partikel kah penggunaan kata yang konteksnya adalah pertanyaan, maka kata tanya bisa tidak digunakan.

Misalnya, dalam konteks situasi Anton sedang makan bakso, kemudian Daniel datang. Anton berkata, "Bakso?"

Kalimat bakso? adalah kalimat tanya yang tidak membutuhkan kata tanya, meskipun sebenarnya adalah sebuah pertanyaan dari Anton kepada Daniel. Anton sedang menawarkan bakso kepada Daniel.

Sedikit perbedaan antara kata tanya bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dalam bahasa Inggris hanya ada 6 kata tanya inti karena untuk menanyakan berapa dalam bahasa Inggris juga digunakan how. Dalam bahasa Indonesia ada dua kata yang berbeda untuk bagaimana dan berapa. Sementara dalam bahasa Inggris sama-sama menggunakan how. Bedanya, untuk menunjukkan arti berapa, kata how dalam bahasa Inggris dirangkai dengan kata many dan much atau ukurang panjang yang lain.

Misalnya:

how many
how much

kedua kata di atas menanyakan berapa banyak.

how long artinya berapa panjang.

Di luar dari itu, dalam bahasa Jawa, kata tanya sangat bervariasi bergantung dialeknya. Berikut ini daftar kata tanya dalam bahasa Jawa beserta beberapa variasinya:

Siapa = sopo, sinten, sapa
Kapan = kapan
Di mana = nang ndi, teng pundi, nduk endi, ning endi dst.
Apa = apa, opo, nopo
mengapa = opo'o, keno ngopo, 
bagaimana = yok opo, piye, kepiye,


Bagaimana? Apakah sudah paham? :)

Salam Pustamun!

Arti Alhamdulillah dan Alhamdulillahi rabbil alamin dan Beberapa Variasinya

Postingan ini saya tulis ketika ramadan. Harapannya sederhana, berbagi pengetahuan yang sedikit. Semoga bermanfaat penjelasan alhamdulillah dalam artikel bebas ini.

Alhamdulillah merupakan serapan dari bahasa Arab. Tulisan dalam bahasa Arab terdiri dari dua kata yaitu alhamdu (tulisan arabnya: الحمد) dan lillahi (لله). Kata ini sudah diserap menjadi milik bahasa Indonesia dan terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Kata dasar alhamdulillah sama dengan kata dasar muhammad yaitu hamada. Penjelasan arti muhammad dapat dibaca dalam tulisan ini: Arti Nama Muhammad dan Penggunaannya

Arti alhamdulillah (al.ham.du.lil.lah) dalam KBBI ada dua yaitu:

Penjelasan alhamdulillah yang pertama adalah ungkapan untuk menyatakan rasa syukur karena menerima karunia Allah (artinya segala puji bagi Allah’).

Penjelasan alhamdulillah yang kedua adalah pengungkapan pujian kepada Allah Swt. yang dibaca sebagai rangkaian zikir (Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar) setelah salat.

Dalam pengertian dari KBBI, alhamdulillah adalah partikel ditandai dengan kode p, dan merupakan istilah dalam laras Islam (ditandai kode: Isl).

Inti artinya adalah segala puji bagi allah.

Ketika saya mengaji di langgar dulu, guru ngaji menjelaskan kepada saya bahwa segala puji itu mengandung makna empat hal. Yaitu:

pujian dari tuhan kepada tuhan (ini ada dalam kitab suci yang merupakan kalam Tuhan yang memuji Tuhan sendiri).

pujian dari tuhan kepada makhluk (contohnya ketika Tuhan memuji makhluk yang paling terpuji yaitu Nabi Muhammad).

pujian dari makhluk kepada tuhan (sering kita sebagai makhluk, memuji keagungan Tuhan).

pujian dari makhluk kepada makhluk (adalah ketika kita kagum dan memuji makhluk Tuhan yang lain, misalnya pemandangan, atau manusia karena kepandaiannya).

Jadi, segal puji, baik pujian dari Tuhan kepada Tuhan, dari Tuhan kepada makhluknya, dari makhluk kepada Tuhan, ataupun dari makhluk kepada sesama makhluk pada dasarnya adalah milik Allah. Karena semua makhluk adalah ciptaan Allah.

Itu adalah inti arti alhamdulillah.

Pada dasarnya, alhamdulillah tidak semata digunakan oleh orang muslim. Orang yang beragam selain Islam juga menggunakan partikel alhamdulillah untuk menyeru rasa syukur karen mendapatkan sesuatu atau mendapatkan kenikmatan.

Jadi, ada pergeseran arti alhamdulillah dari segala puji adalah milik Allah menjadi puji Tuhan. Karena memang artinya serupa.

Selanjutnya, kata alhamdulillah biasanya dirangkai dengan rabbil alami yaitu alhamdulillahirabbil alamin (الحمد لله رب العالمين). Kata alhamdulillahi rabbil alamin merupakan ayat kedua dalam surat alfatihah, surat pertama dalam kita suci Alquran.

Artinya adalah segala puji milik Allah tuhan alam semesta.

Ada pula rangkaian yang sering kita dengar yang mengandung kata alhamdulillah yaitu kalimat alhamdulillah ala kulli hal.

alhamdulillah artinya segala puji milik Allah.

ala (على) artinya ke, kata hubung. Dalam konteks ini, lebih pas diartikan atas.

kulli (كلّ) artinya segala atau semua.

hal (حال) artinya sesuatu. 

Jadi, arti alhamdulillah ala kulli hal (kada dibaca: kulli haalin) adalah segala puji milik Allah atas segala hal (yang diterima).

Selain sebagai penyeru karena mendapat nikmat, alhamdulillah juga biasa dipakai untuk menutup sebuah kegiatan. Seperti dalam lagu nasyid yang cukup terkenal:

diawali dengan bismillah
diakhiri dengan alhamdulillah

Alhamudillah tulisan ini selesai juga. Demikian penjelasan singkat tentang kata alhamdulillah.  Jika ada kesalahan bisa dikoreksi oleh pembaca melalui komentar. Salam Pustamun!

Medsos Berbahaya karena Rendahnya Literasi Kita

Medsos alias Media Sosial bisa sangat berbahaya. Bagi diri sendiri dan bagi orang lain, bahkan bagi keutuhan Negara Bangsa yang sudah digagas oleh para pendiri lebih dari 100 tahun lalu. Maka, karena dampak yang masif inilah perlu perhatian dari seluruh elemen bangsa yang berkepentingan di situ.

Bahayanya medsos memunculkan berbagai ekspresi dan kebijakan. MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengeluarkan fatwa tentang media sosial. Sementara Wahyu Kokkang, Kartunis koran Jawa Pos mengekspresikan dengan karya kartun seperti ini:

Sumber Gambar: www.facebook.com/wahyu.kokkang

Kartun Clekit dalam Jawa Pos tersebut menggambarkan bahwa Medsos yang ada di gawai (gadget) kita masing-masing seperti setan. Setan yang tidak hanya ada dalam gawai, tetapi juga tanduknya sampai keluar di dunia nyata di luar telepon pintar.

Artinya bisa berbahaya dalam kehidupan nyata. Itu semua karena medsos.

Sebegitu berbahayanya medsos karena semua orang punya alat dan kemungkinan untuk membagikan informasi. Padahal informasi yang dimililiki belum tentu valid. Jika pun itu valid, informasi tersebut hanya dipandang dari satu sudut, tidak komprehensif. Maka sangat mungkin terjadi kesalahan informasi yang bukannya memunculkan kebaikan dan informatif, tetapi justru menjadi alat pengadu domba dan pemecah-belah.

Terlebih orang Indonesia, yang budaya literasinya masih sangat rendah dipaksa oleh keadaan menjadi pelaku tutur tingkat kedua. Budaya Indonesia adalah budaya lisan atau budaya tutur, masih belum budaya tulis. Karena lambatnya gerakan menjadikan orang Indonesia menjadi orang dengan budaya tulis, maka upaya itu sudah didahului kecanggihan teknologi.

Medsos adalah budaya lisan tingkat kedua. Jika melalui tahapan yang benar, dari budaya lisan, menjadi budaya tulis, baru kemudian menjadi budaya lisan tingkat dua yang diwujudkan dalam bentuk media sosial, maka orang Indonesia tidak akan mudah terhasut, juga tidak mudah menyebar informasi yang belum tentu teruji kebenarannya.

Budaya lisan dengan mudah ngomong dari mulut ke mulut, sementara dalam budaya tulis, kebenaran sebuah pernyataan masih bisa dipertanyakan berulang-ulang sehingga muncul dialektika dengan diri sendiri maupun dengan orang lain dalam diskusi yang sehat.

Apakah terlambat untuk membawa Indonesia menjadi bangsa dengan budaya literasi? Jawabannya tentu saja tidak. Di tengah keengganan kita terhadap budaya tulis, budaya literasi, masih ada bahkan banyak orang-orang dengan sukarela menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya untuk memberikan sumber bacaan bagi lingkungan sekitar. Ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Ini gerakan hebat yang harus mendapat dukungan dari semua pihak, terutama pemerintah.

Upaya penguatan budaya literasi di sekolah juga semakin ditampakkan. Meskipun sebelumnya sudah ada, tetapi tidak dengan istilah literasi. Semua sekolah harus berbudaya literasi sejak dulu, bukan hanya sekarang. Tetapi dulu tidak menggunakan istilah literasi. 

Lalu, bagaimana menumbuhkan budaya literasi. Sebenarnya sama saja. Intinya hanya baca, pahami, konfirmasi, baca lagi, baru ambil kesimpulan.

Misalnya dalam sebuah media sosial, ada informasi yang sedang heboh. Jika hanya membaca dan mengiyakan satu informasi yang sedang disebar atau diviralkan oleh buzzer ada kemungkinan itu adalah informasi yang menyesatkan. Maka perlu dikonfirmasi dari sumber yang terpercaya, misalnya situs berita yang memang memliki kredibilitas.

Dengan demikian, kita akan terhindar dari setan-setan medsos yang ada di dunia maya maupun setan-setan yang mungkin bersemayam dalam diri kita.

Salam Pustamun!

Jumat, 09 Juni 2017

8 (DELAPAN) TAHAPAN PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) TAHUN 2017


Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi guru TK, SD, SLB, SMP, SMA/SMK, dan Bimbingan Konseling dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut.

1.      Workshop Tim Pengembang

2.      Penyamaan Persepsi Strategi Penyegaran/ Pembekalan Narasumber Nasional/Pengampu dan Instruktur

3.      Penyegaran Narasumber Nasional/Pengampu

4.      Pembekalan Narasumber Nasional/Pengampu

5.      Penyegaran Instruktur Nasional (IN)/Mentor

6.      Pembekalan Instruktur Nasional/Mentor

7.      Pelaksanaan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

8.      Evaluasi dan Pelaporan



Gambar Tahapan Penyelenggaraan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
   

Penjelasan tahapan Program PKB dapat dilihat pada tabel berikut

no
Kegiatan
strategi
1
Workshop Tim
Pengembang
Kegiatan terdiri dari:
- Workshop 1: penyusunan draft
- Workshop 2: pembahasan dan penyempurnaan
- Workshop 3: finalisasi dan validasi
Pola 30 JP (1 JP @60 Menit) selama 3 hari
untuk setiap workshop
Peserta: Tim Pengembang Perangkat
Program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan di Tingkat Nasional
Hasil: Perangkat untuk Penyegaran
NS/Pengampu dan Penyegaran IN/Mentor
Dilaksanakan oleh Ditjen GTK
Output: perangkat untuk Penyegaran
NS/Pengampu dan IN/Mentor
Tempat: PPPPTK/LPPPTK KPTK, fasilitas
pemerintah lainnya, atau hotel dengan
menjunjung prinsip efisiensi anggaran.
2
Penyamaan Persepsi Strategi Penyegaran/ Pembekalan
Narasumber Nasional/Pengampu dan Instruktur Nasional/Mentor
Pola 30 JP (1 JP @45 Menit)
Fasilitator: Tim Pengembang Perangkat
Program Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan di Tingkat Nasional
Peserta: pengembang modul yang akan
menjadi fasilitator pada penyegaran
narasumber/pengampu sesuai kebutuhan;
perwakilan dari setiap UPT.
Dilaksanakan oleh Ditjen GTK dan/atau oleh
masing-masing PPPPTK/LPPPTK KPTK
sesuai dengan mapel masing-masing.
Output: Tersedianya fasilitator untuk kegiatan
penyegaran/ pembekalan narasumber nasional /pengampu; tersedianya widyaiswara yang mampu mensosialisasikan perangkat untuk penyegaran/pembekalan NS/Pengampu dan IN/Mentor tahun 2017 di tingkat UPT
Tempat: PPPPTK/LPPPTK KPTK, fasilitas
pemerintah lainnya, atau hotel dengan
menjunjung prinsip efisiensi anggaran.
3
Penyegaran Narasumber
Nasional/Pengampu
Menggunakan moda tatap muka pola 60 JP
(1 JP @45 menit)
Fasilitator: Pengembang perangkat Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
di Tingkat Nasional; atau Widyaiswara, PTP,
tim pengembang lainnya yang telah
mengikuti penyamaan persepsi strategi
penyegaran/pembekalan NS/ pengampu dan
IN/mentor.
Peserta: widyaiswara, PTP, dosen, guru
yang mendapat predikat minimal baik pada
Pembekalan Narasumber Nasional/ Pengampu tahun 2016.
Dilaksanakan oleh masing-masing Direktorat
terkait di lingkungan Ditjen GTK atau
didelegasikan kepada PPPPTK/LPPPTK
KPTK.
Output: Tersedianya Narasumber
Nasional/Pengampu sesuai kriteria yang
mampu memfasilitasi kegiatan penyegaran/ pembekalan Instruktur Nasional/Mentor
Tempat: PPPPTK/LPPPTK KPTK, fasilitas
pemerintah lainnya, atau hotel dengan
menjunjung prinsip efisiensi anggaran.
4
Pembekalan Narasumber
Nasional/Pengampu
Menggunakan pola 100 JP (1 JP @45 Menit)
Fasilitator: Pengembang perangkat Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
di Tingkat Nasional; atau Widyaiswara, PTP,
tim pengembang lainnya yang telah
mengikuti penyamaan persepsi strategi
penyegaran/pembekalan NS/ pengampu dan
IN/mentor.
Peserta: widyaiswara, PTP, dosen, dan guru
yang memenuhi kriteria sebagai NS/Pengampu yang belum mengikuti Pembekalan Narasumber/ Pengampu pada tahun 2016.
Dilaksanakan oleh Ditjen GTK atau
didelegasikan kepada PPPPTK/LPPPTK
KPTK (jika masih dibutuhkan).
Output: Tersedianya NS/Pengampu sesuai
kebutuhan
Tempat : PPPPTK/LPPPTK KPTK, fasilitas
pemerintah lainnya, atau hotel dengan
menjunjung prinsip efisiensi anggaran.
5
Penyegaran Instruktur
Nasional (IN)/Mentor
Menggunakan moda tatap muka pola 60 JP
(1 JP @45 menit)
Fasilitator: widyaiswara, PTP, dosen, guru
yang telah mengikuti penyegaran Narasumber Nasional/ Pengampu tahun 2017; atau tim pengembang perangkat Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan di Tingkat Nasional.
Peserta: guru yang mendapat predikat
minimal cukup pada Pembekalan Instruktur
Nasional/Mentor tahun 2016.
Dilaksanakan oleh masing-masing PPPPTK
dan LPPPTK KPTK
Output: Tersedianya Instruktur Nasional/
Mentor sesuai kriteria yang mampu
memfasilitasi peserta Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Tempat: PPPPTK/LPPPTK KPTK, fasilitas
pemerintah lainnya, atau hotel dengan
menjunjung prinsip efisiensi anggaran.
6
Pembekalan Instruktur
Nasional/Mentor
Menggunakan moda tatap muka Pola 100 JP
(1 JP @45 Menit)
Fasilitator: widyaiswara, PTP, dosen, guru
yang telah mengikuti penyegaran Narasumber Nasional/Pengampu tahun 2017; atau tim pengembang perangkat Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan di Tingkat Nasional.
Peserta: Guru yang memenuhi syarat
sebagai IN/Mentor yang belum mengikuti
Pembekalan Instruktur Nasional/Mentor pada
tahun 2016.
Agar di setiap komunitas pokja tersedia
IN/Mentor, jika pada suatu komunitas tidak
terdapat IN/Mentor atau guru yang memenuhi syarat sebagai IN/Mentor, maka guru dengan nilai UKG 2015 tertinggi di komunitas tersebut dapat diusulkan sebagai peserta Pembekalan Instruktur
Nasional/Mentor.
Dilaksanakan oleh PPPPTK/LPPPTK KPTK sesuai bidangnya.
Output: Tersedianya IN/Mentor sesuai
Kebutuhan
Tempat: PPPPTK/LPPPTK KPTK, fasilitas pemerintah lainnya, atau hotel dengan menjunjung prinsip efisiensi anggaran.
7
Pelaksanaan Program
Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan
Moda Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
1. Moda Tatap Muka :
- untuk guru kelas dan guru mapel non kejuruan menggunakan pola 60 JP untuk dua kelompok kompetensi
- untuk guru kejuruan menggunakan pola 100 JP untuk satu kelompok kompetensi
2. Moda Daring Murni dan Daring Kombinasi menggunakan pola 60 JP untuk satu kelompok kompetensi dan dilakukan selama 4 minggu.
Fasilitator:
1. Moda Tatap Muka: Instruktur Nasional
2. Moda Daring: Pengampu dan/atau Mentor
Peserta: guru sesuai dengan kriteria sbb:
1. Profil hasil UKG-nya menunjukkan
terdapat 3 (tiga) hingga 10 (sepuluh) kelompok kompetensi yang nilainya di bawah KCM (65)
2. Teregistrasi di dalam Komunitas GTK
pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
3. Berada di wilayah yang tersedia akses/jaringan internet (khusus untuk peserta moda daring murni dan daring kombinasi)
Dilaksanakan oleh PPPPTK/LPPPTK KPTK atau oleh Dinas Pendidikan berkoordinasi dengan PPPPTK/LPPPTK
Output: tersedianya guru yang kompeten di
bidangnya.
Tempat: kelompok kerja KG/KKG/MGMP/MGBK), PPPPTK/ LPPPTK KPTK atau tempat lain yang ditetapkan.
8
Evaluasi dan Pelaporan
Evaluasi dilakukan untuk memperoleh data
mengenai relevansi, efisiensi, efektivitas,
hasil akhir (outcome), dampak serta
keberlajutan dari penyelenggaraan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Setiap UPT wajib membuat laporan sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan kepada GTK.

  

Penjadwalan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dapat dilihat pada tabel berikut.



Sumber Pedoman Umum Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (Draf Final) Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan Tahun 2017




Contoh Pantun Lebaran dan Hari Raya 1438 H/2017

Lebaran adalah momen yang paling ditunggu oleh mereka yang sedang berpuasa. Setelah berjuang (ya, puasa adalah perjuangan melawan nafsu diri) selama sebulan penuh, Lebaran adalah tanda kemenangan.

Oleh masyarakat Indonesia disebut Hari Raya, Hari Besar. Yang dirayakan (dibesarkan) oleh seluruh umat muslim, bahkan yang beragam bukan Islam juga ikut merayakan dan ikut menghormati perayaannya.

Bagi anak kecil, Hari Raya Lebaran adalah benar-benar hari kemenangan bagi mereka. Mereka biasanya memakai baju baru, sandal baru, mendapat angpau, dan banyak makanan lezat, serta diajak jalan-jalan. 

Dalam memperingati lebaran, banyak ucapan yang bertebaran. Baik melalui kartu ucapan, pesan berantai, sms, chat, dan media lainnya. Bentuk-bentuk ucapan yang menarik bisa dengan menggunakan kata-kata Indah maupun dengan menggunakan pantun.

Pantun bisa dipilih menjadi ucapan hari raya lebaran karena bentuknya yang unik dan membuat penasaran. Pantun berisi sampiran (biasanya kata yang tidak penting) di bagian awalnya. Sedangkan dua baris terakhir pantun adalah isi yang merupakan tempat pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah pantun.

Berikut ini adalah contoh-contoh pantun tentang Lebaran dan Hari Raya.

Sudah dimasak itu ketupat
Masaknya bersama-sama
Kami ucapkan selamat
Ini adalah hari raya

Ketupat dimasak tinggal dimakan
Dimakan bersama dengan saudara
Ini adalah hari lebaran
Mari memaafkan salah sesama

Kedua pantun di atas adalah pantun untuk mengucapkan selamat hari raya. Tidak untuk meminta maaf. Adapun contoh pantun yang berisi permintaan maaf ada di bawah ini:

Tiba di masjid membawa mushaf
Mengajinya suara merdu
Saya ucapkan beribu maaf
Sangat tulus dari kalbu

Beduk ditabuh bertalu-talu
Dipukul bersama mulai pagi
Salah khilaf yang telah berlalu
Semoga tak terulangi lagi

Petasan disulut di pagi hari
Ditangkap polisi masuk penjara
Semoga di hari yang fitri
Kita semua tak lagi berdosa

Pantun di atas terdiri dari tiga bait. Masing-masing bait pantun di atas memliki makna dan tujuan untuk meminta maaf. 

kembang api menari di angkasa
karena polisi melarang petasan
mari semua berbahagia
menyambut hari lebaran

bebek dan ayam berbaris
berbaris menuju jalan raya
pantun ini coba kutulis
untuk merayakan hari raya

bebek berbaris beruntun runtun
jalannya bersama biar lurus
maaf ini memang lewat pantun
tapi dari hati dan tulus

Sekian contoh pantun permintaan maaf dalah hari raya idul fitri alias lebaran. Semoga bermanfaat.

Salam Pantun, Salam Pustamun!

Ramadan, Zakat, dan Sok-Sokan Kita | Membincang cara Membagi Zakat bersama Cak Rat

Sehabis jamaah Jumat di Masjdi dusunku, Cak Rat bertandang ke rumah. Terkhir kulihat dia sedang di Marawi, Filipina bagian selatan. Aku lihat wajahnya dari tayangan televisi. Bukannya takut terkena peluru nyasar antara Tentara Filipina dan Kelompok Maute, dia malah dada ke kamera. Aku yang melihatnya, tidak begitu heran, memang dia agak gila.

Hari ini, dia sudah ada di rumah. Bertandang ke rumah. Tiba-tiba menyalakan televisi. Dipindah-pindah kanal teve sekenanya. Ketika ada saluran televisi berita, dia melirik ke arahku. Melihat aku juga sedang melihat televisi, Cak Rat langsung memberondongkan idenya.


“Indonesia ini kakehen polah, masak pembagian zakat aja harus dibagi dengan cara antre seperti itu.” Mulutnya nyerocos sambil memindah kanal televisi. “Mending nonton kartun seperti ini,” sambungnya.

“Bukan Indonesia, Cak. Cuma oknum,” Aku protes.

“Iya. Orang Indonesia. Indonesia kan negara. Negara tidak bisa memberi zakat. Orang-orang Indonesia memang sok.” Timpalnya.

“Bukan orang Indonesia, tapi hanya segelintir. Hanya oknum, Cak.” Aku masih protes.

“Iya. Oknum.”

Suasana hening. Kami menyimak presenter teve memaparkan beritanya.

“Itu sudah tahu. Ngapain teve ngeliput acara seperti itu. Gak mutu. Gak ikut dalam membangun karakter bangsa. Harusnya tivi itu menyiarkan kabar-kabar bagus. Yang menginspirasi.”

“Rating, Cak. Sing payu yo sing seru ngunu iku.

“Iya, memang sok-sokan semua orang Indonesia kan. Yang mbagi zakat biar disebut kaya. Biar disebut dermawan. Bagi zakat sama ratusan orang. Ratusan orang disurus ngantri. Ngantrinya panjang. Panas. Bahkan ada yang terjepit sampai pingsan. Itu orang niatnya nolong apa mau bikin orang susah.

Pasti nanti kalau ditanya wartawan jawabnya gini: saya hanya ingin berbagi dengan sesama. Pret.

Itu bukan berbagi, itu namanya cari muka. Biar disangka. Kalau memang ingin berbagi, harusnya meniru ajaran nabi. Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu melihat.”

“Sebentar, Cak. Itu dalil dari mana?” Aku memotong pembicaraannya.

“Jo... Jo. Masak dalil begitu aja gak pernah kau dengar. Itu banyak di buletin-buletin, yang kubaca ketika di kampus dulu.”

“Emangnya sampeyan pernah kuliah?”

“Enggak, aku Cuma main-main di sekitar kampus dan banyak buletin Islam di sana. Ah, sudah. Kok jadi bahas buletin. Padahal aku pingin mbahas zakat.”

“Monggo, Cak. Monggo.” Aku mempersilahkan Cak Rat menuangkan idenya. Kalau kuhalangi, bisa jadi dia marah dan bikin geger seisi kampung.

“Masalahnya, memang. Semua kita. Eh, Kita semua memang sedang sok. Dari yang rakyat kecil sampai para pemimpin. Baik pemimpin kecil maupun pemimpin besarnya, sama. Sama-sama sok.”

“Maksudnya pemimpin kecil dan pemimpin besar Apa Cak?” Aku mencoba memahami ucapannya.

“Maksudnya, pemimpin Indonesia ini, di semua tingkatan. Dari daerah sampai pusat sama. Sama-sama sok.Biar dilihat orang. Kalau mau bagi-bagi hadiah nunggu diliput dulu oleh wartawan. Kalau tidak ada wartawan yang meliput, bikin video sendiri diaplud ke yutub. Pamer kan? Sok kan?”

Aku mulai mengerti arah pembicaraan Cak Rat.

“Coba para pemimpin itu meniru sahabat umar. Ketika melihat rakyatnya kelaparan, dia panggul sendiri itu beras. Diberikan kepada rakyat yang kelaparan. Tanpa nunggu besok, tanpa menunggu ada orang yang tahu. Bahkan yang diberi bantuan juga tidak tahu bahwa yang membantu adalah sang pemimpin. Ada pemimpin sekarang yang begitu?”

Cak Rat menunggu jawaban dariku. Aku diam saja. Dia melanjutnya orasinya di depan satu-satunya pendengarnya. Aku.

“Yang zakat, itu di tivi itu. Sama. Sudah ada banyak lembaga zakat, amil zakat di negeri ini. Mulai yang dari milik pemerintah, sampai lembaga swasta yang memang fokus ngurusi zakat. Ada Baznas, Rizki, BMH, Nurul Hayat, Lazisnu, Lazismu, dan banyak lagi yang lainnya. Belum lagi masjid-masjid di sekitar rumah kita di seluruh Indonesia yang menghimpun dan menyalurkan zakat. Lebai itu orang. Masak zakat aja dikabar-kabarkan begitu. Nyusahin orang.”

“Untung, sebagian besar tidak sok ya, Cak.” Aku menyela.

“Kata siapa?!” Nada suara Cak Rat meninggi. Aku jadi tidak enak sendiri.

“Kataku, Cak.”

“Semua orang Indonesia Sok, Jo! Kau dengar setiap malam, orang ramai-ramai ngaji di masjid, musala, langgar, dan rumah-rumah?” Cak Rat bertanya. Menatap tajam ke arahku.

“Iya, Cak. Dengar.”

“Kenapa kau bisa mendengar mereka?”

“Karena mereka pake spiker,” Jawabku ragu.

“Nah, itu! Betul! Orang nderes Quran aja pake spiker. Pake pengeras. Maunya apa? Dapat pahala? Tuhan itu  maha mendengar. Bahkan bisikan hati yang tak bersuara pun Tuhan tahu. Kalau kita ngaji pakai pengeras apa kita, eh kalian, eh mereka itu tidak menghina Tuhan? Seoalah-olah kalau kita tidak pakai pengeras tuhan tidak tahu.”

“Terus gimana, Cak?” Aku mencoba mencari solusi.

Yo, Mbuh, Jo! Pikiren dewe.”

Jelas-jelas aku bertanya. Berarti aku tidak bisa berpikir. Malah disuruh mikir sendiri oleh Cak Rat. Maunya ini orang apa.

“Iya, ya. Tuhan  Maha Mendengar, Cak. Berarti kita tidak perlu ngaji pakai pengeras ya?” Tanyaku lagi.

“Ya gak gitu juga, Jo. Gini aja. Kita kembalikan ke pelajaran yang pernah kita dengar waktu kecil dulu di langgarnya kang Sori.” Aku dan Cak Rat memang teman seperguruan. Guru kami adalah Kang Sori. Yang mengajarkan mengaji dengan benar.

“Sejak dulu kita tahu, Jo. Tuhan itu maha mendengar. Mendengar itu beda dengan mendengarkan. Mendengar itu punya dimensi lain dengan mendengarkan. Jika hanya mendengar berarti sebatas tahu. Kalau mendengarkan itu menyimak dengan sungguh-sungguh dan perhatian. Nah, kalau kau ngaji dengan speaker atau tanpa speaker, Tuhan pasti mendengar. Tapi Tuhan belum tentu mendengarkan orang yang ngaji dengan Speaker dengan tujuan pamer itu tadi. Paham, Jo?”

“Enggak, Cak.” Aku benar-benar bingung.

“Halah, mbuh wis, Jo. Pokoke ngunu. Kamu pernah ngaji di Speaker?”

“Ramadan ini, sama sekali belum, Cak.”

“Bagus, berarti kamu tidak sok. Kamu kalau ngaji di rumah saja. Biar Tuhan saja yang mendengar. Tidak perlu orang sekampung.”

“Itu masalahnya, pake speaker saja aku gak pernah ngaji, Cak. Apalagi di rumah. Kalau kamu?” Aku mencoba menelisik.

“Podo. Aku juga gak pernah ngaji. Hahahaha. Ya Wis, Assalamualaikum!”

Belum sempat kutanya dia hendak pergi ke mana, dia sudah ngeloyor pergi. Dasar Cak Rat. Kalau kau bertemu dengannya, tolong sampaikan salamku padanya.


Tidak semua orang mengaji pakai speaker itu sok. Toh, hati orang siapa yang paham. Kita jangan sok meniru Tuhan dengan sok mengetahui maksud hati orang lain.

Arti Pelakor dan Asal-usul Istilahnya

Mungkin sebagian besar pengguna medsos adalah ibu-ibu, sebagian lagi adalah emak-emak, juga ada unsur mahmud-mahmud (alias mamah muda, untungnya bukan mamah mudo). Intinya, sebagian besar pengguna media sosial (yang aktif) adalah kaum perempuan. Jika pun ada unsur lelaki, itu menjadi tidak mendominasi, dan biasanya menjadi pembaca senyap alias silent reader yang lebih suka mengamati dari pada menulis dan membagikan sesuatu.


Tesis di atas merupakan pendapat pribadi saya, bukan hasil riset, cuma pengamatan sesaat. Mungkin hal itu pula yang menjadikan istilah-istilah yang berkembang dan muncul serta diproduksi akhir-akhir ini banyak berkaitan dengan perempuan. Dalam istilah-istilah terbaru yang aktif sebagai produsen adalah kaum perempuan. Misalnya istilah pelakor.

Pertama kali saya mendengar istilah pelakor dari istri saya, yang juga aktif di dunia maya baik di facebook dan instagram. Maklum, dia berkarya dan mempromosikan karya melalui media sosial. Colek dikit Nay Henna Jember

Saya sempat bingung, istilah apa lagi ini. Pelakor. Apa artinya. Ternyat pelakor adalah akronim (orang kebanyakan menyebutnya sebagai singkatan) dari perebut laki orang. Jadi, pelakor artinya adalah orang (perempuan) yang merebut suami orang lain. 

Fenomena ini banyak muncul, lagi-lagi dilihat dari media sosial. Banyak status dengan kasus seperti itu, banyak juga yang membagikan kasus-kasus seperti itu.

Dalam istilah pelakor yang aktif merebut adalah si perempuan. Bandingkan dengan istilah sejenis yang sempat populer dalam beberapa saat sebelumnya, yaitu WIL alias Wanita Idaman Lain. 

Dalam istilah WIL kaum perempuan tidak terkesan agresif, sekadar objek, bukan subjek. Sementara dalam istilah pelakor si wanita yang 'dituduh' sebagai perebut. Jelas, istilah pelakor hanya bisa diterapkan kepada kaum perempuan. Jika digunakan untuk orang laki-laki mungkin istilahnya perlu disesuaikan menjadi perirang atau pebirang (perebut istri orang) atau (perebut bini orang).

Tentu, yang menyebut juga adalah perempuan, karena istri seseorang adalah perempuan. Maka, wanita aktif sebagi penyebut dan yang disebut.

Itulah bahasa, yang selalu berkembang istilahnya. Terlebih dengan kecanggihan teknologi informasi. Orang dengan leluasa memproduksi istilah-istilah baru. Baik yang modifikasi maupun yang benar-benar sama sekali baru.

Semoga kita dijauhkan dari para pelakor-pelakor.

Salam Pustamun!

50 ISTILAH DAN AKRONIM PADA PROGRAM PKB –GURU PEMBELAJAR- TAHUN 2017

Berikut disajikan daftar istilah dan akronim disertai dengan pengertian dalam Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) tahun 2017 yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK).

Sebagaimana telah diketahui bahwa pada tahun 2017, Ditjen GTK mengembangkan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang merupakan kelanjutan dari Program Guru Pembelajar dengan tujuan utama untuk meningkatkan kompetensi guru yang ditunjukkan dengan kenaikkan capaian nilai UKG dengan rata-rata nasional yaitu 70. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini dilaksanakan berbasis komunitas Guru dan Tenaga Kependidikan (komunitas GTK).

Ada beberapa istilah yang mungkin masih asing dan belum dipahami oleh sebagian Bapak/Ibu.

Misalnya

1.      Komunitas GTK: Komunitas yang telah terdaftar dan teregistrasi secara resmi di SIM Pembinaan Karier Guru

2.      Learning Management System(LMS): Sistem manajemen pembelajaran secara elektronik, misalnya moodle, dan blackboard

3.      Mentor : Guru yang membimbing peserta dalam Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan moda daring kombinasi.

4.      Moda daring kombinasi: Model pembelajaran bagi guru yang dilakukan secara daring dan tatap muka dengan didampingi oleh mentor serta difasilitasi oleh pengampu

5.      Smiley face: Instrumen untuk mengukur reaksi peserta terhadap proses pembelajaran, berupa “kepuasan peserta”


Di bawah ini 50 (lima puluh) istilah dan akronim pada Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang merupakan kelanjutan Program Guru Pembelajar.







Arti Radikal, Radikalisme, dan Penggunaannya yang Salah

Kata radikal identik dengan sebuah gerakan yang kasar, menangnya sendiri, keras dan suka main hakim sendiri. Itu pemahaman secara sederhana.

Sebelum dijelaskan lebih dalam mengenai arti radikal, berikut disajikan arti radikal yang diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru:

1 Radikal

1. a secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip):
2. a istilah dalam bidang politik yang berarti: amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan)  
3. a istilah dalam bidang politik maju dalam berpikir atau bertindak

2 Radikal

n Kim gugus atom yang dapat masuk ke dalam berbagai reaksi sebagai satu satuan, yang bereaksi seakan-akan satu unsur saja, misalnya CH3- (metil), C2H5- (etil), SO4 (sulfat)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada dua kata radikal sesuai penejelasan di atas. Istilah yang pertama berkaitan dengan bidang politik, sementara kata radikal yang kedua merupakan istilah bidang kimia.

Kata radikal dalam bidang kimia sering didengar dalam iklan-iklan produk kesehatan, dirangkai dengan kata bebas, radikal bebas. 

Berikut arti radikal bebas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

1. molekul oksigen dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak berpasangan.

2. Kim molekul yang kehilangan elektron sehingga menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel lain, dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal, seperti asap rokok dan hasil penyinaran ultraviolet.

3. molekul reaktif dengan satu atau beberapa elektron tidak berpasangan yang dapat merusak membran sel, DNA, lemak, dan protein.

Jadi, radikal bebas adalah zat yang bisa merusak sistem tubuh manusi yang berasal dari pencemaran udara (asap). Karena sesama istilah kimia, frasa radikal bebas diturunkan dari kata radikal  yang kedua.

Bentuk kata lain yang memliki arti mirip adalah kata radikalisme. Radikalisme adalah istilah yang berkaitan dengan istilah radikal di bidang politik.

Radikalisme dalam KBBI memiliki tiga penjelasan arti yaitu:

1. n paham atau aliran yang radikal dalam politik   

2. n paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis    

3. n sikap ekstrem dalam aliran politik

Ketiganya adalah nomina (kata benda). Penjelasan arti yang pertama, berarti paham atau aliran politik yang sangat mendasar yaitu ingin mengubah dasar negara.

Arti yang kedua cenderung pada arti kekerasan, karena perubahan yang mendasar biasanya disertai dengan perubahan-perubahan yang diikuti dengan jalan kekerasan. Pengertian yang kedua ini berkaitan dengan pengertian yang ketiga yaitu sikap ekstrem.

Hal yang mendasar dan ekstrem identik dengan jalan kekerasan. Misalnya dengan cara angkat senjata dan membuat kerusuhan. Maka, tidak bisa dielakkan bahwa kaum radikal yang menginginkan perubahan mendasar, salah satunya ingin mengganti sistem pemerintahan yang demokratis berdasarkan Pancasila dengan sistem lain, maka disebut kaum radikal.

Kaum radikal, di Indonesia sudah identik dengan kaum teroris, penebar ketakutan (teror) bagi orang lain. Meskipun beberapa pihak tidak mau disebut radikal meskipun ingin mengubah dasar negara.

Sebenarnya, istilah radikal tidak hanya identik dengan hal negatif. Misalnya sikap Nabi Muhammad yang membiarkan orang yang membencinya mengencingi masjid, adalah tindakan yang radikal. Yaitu tindakan yang mendasar di luar kebiasaan. Biasanya orang yang menghina harus dilawan, kalau perlu dibunuh, tetapi Nabi Muhammad mencontohkan kesabaran yang ekstrem dan radikal.

Mungkin, istilah yang juga perlu diluruskan adalah istilah deradikalisasi yaitu upaya untuk mengubah yang radikal menjadi tidak lagi radikal. Seharusnya tetap radikal, yaitu perubahan yang mencolok, dari yang awalnya suka membuat onar dengan teror dan bom, menjadi orang yang lebih humanis dan mencintai sesama manusia serta menghargai perbedaan seperti yang dicontohkan oleh Nabi yang notabene adalah junjungan mereka juga.