Sabtu, 01 Juli 2017

Kata Ganti dalam Bahasa Indonesia | Jenis, Contoh dan Penggunaannya

Pengertian Kata Ganti, Jenis-jenis Kata Gani, dan Contoh Penggunannya dalam Bahasa Indonesia.

Kata Ganti adalah kata  yang dipakai untuk mengacu (menunjukkan) kepada nomina (kata benda/sesuatu) yang lain. Misalnya kata perawat bisa diubah dengan kata ganti dia atu ia. Kata ganti tidak hanya ditujukan untuk orang, tetapi juga bisa untuk menggantikan benda. Misalnya dalam kalimat Meja itu kakinya tiga. Kata –nya dalam kakinya merupakan kata ganti. Kata ganti –nya merujuk atau mengacu pada meja.





Dalam istilah linguistik, kata ganti disebut pronomina. Ada dua jenis kata ganti yaitu kata ganti orang (pronomina persona) dan kata ganti penunjuk (pronomina penunjuk). Adapun penjelasannya penggunaan kata ganti akan diaparkan di bawah ini berdasarkan jenis-jenisnya.

Jenis kata ganti yang pertama: Kata Ganti Orang (Pronomina Persona)

KATA GANTI ORANG
TUNGGAL
JAMAK
NETRAL
EKSKLUSIF
INKLUSIF
Pertama
Saya, aku, ku-, -ku,

Kami
Kita
Kedua
Engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -mu
Kalian, kamu sekalian, anda sekalian


Ketiga
Ia, dia , beliau, -nya
Mereka







Tabel Kata Ganti | Sumber: Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia – Pusat Bahasa

Variasi kata ganti dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu variasi. Bandingkan dengn kata ganti bahas Inggris yang hanya you (kata ganti orang kedua dan ketiga), dalam bahasa Indonesia ada Anda, kamu, engkau, kau-, -mu. Belum lagi kata ganti yang yang menunjukkan keakraban dan kekerabatan.

Kata ganti dalam bahasa Indonesia tidak sebatas pada tabel di atas. Dalam penuturan sehari-hari kata ganti yang biasa digunakan oleh orang Indonesia bisa berupa sapaan (Bapak, Ibu, Kakak, Adik, dsb.). Kata ganti yang berasal dari pekerjaan dan gelar juga sering dijumpai. Misalnya dokter, Pak Guru, Pir.

Kata ganti anda, beliau merupakan kata ganti yang digunakan untuk lebih menghormati lawan bicara dan merendahkan diri sendiri.

Sementara yang sudah akrab tidak lagi menggunakan kata Anda melainkan menggunakan kata ganti kamu.

Penggunaan kata aku dan saya juga memliki nuansa yang berbeda. Jika berbincang dengan lawan bicara yang sudah akrab bisa digunakan kata aku. Sementara jika berbicara dengan lawan bicara yang lebih dihormati, untuk menyebut diri sendiri menggunakan kata saya.

Unsur-unsur kedaerahan dan budaya juga memunculkan ragam kata ganti yang lebih luas. Misalnya ada kata ganti kitorang (=kita), beta (saya), dan ngana (kamu). Ketiganya biasa digunakan di Indonesia bagian timur. Ada juga kata awak yang biasa digunakan penutur bahasa Indonesia dari Minangkabau.

Kata ganti dengan menggunaan sapaan kekerabatan juga memiliki berbagai variasi. Misalnya:

Dok, saya sakit apa?
Siap, Prof. Saya akan laksanakan penelitian ini.

Dok pada kalimat pertama merupakaan kata ganti orang kedua yang merupakan kependekan dari dokter. Sementara kata prof adalah kata ganti yang kependekan dari profesor.

Pemendekan sapaan sebagai kata ganti juga bisa ditemukan pada kalimat berikut ini:

Apakah bapak mau menerima tamu itu?
Kami mendengar apa kata Ibu.

Kata bapak dan ibu pada kedua kalimat di atas merupakan kata ganti. Bisa juga dipendekkan menjadi pak dan bu. Tetapi kata ganti pak dan bu tidak bisa digunakan dalam semua konteks kalimat.

Saya menerima saran pak itu.
Semua terserah bu saja.

Pada kedua kalimat di atas, kata ganti tidak bisa ditunakan. Yang bisa digunakan adalah bentuk lengkapnya, yaitu bapak dan ibu.

Kata ganti orang pertama ada yang eksklusif dan inkulsif. Kata ganti orang pertama eksklusif adalah kata ganti yang menunjukkan hanya sebatas pada pembicara. Sementara kata ganti orang pertam ayang inklusif adalah penyebutan orang pertama (pembicara) pada diri sendiri yang juga menyertakan lawan bicara.

Kata Ganti Penunjuk

Kata ganti penunjuk biasanya merujuk pada barang atau tempat. Kata ganti yang menunjukkan hal umum.

Yaitu kata ganti: itu dan ini.

Kata ini digunakan jika benda atau hal yang dimaksud berada dekat dengan pembicara atau penulis. Juga digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang akan datang atau akan disampaikan.

Kata ganti itu digunakan untuk menunjukkan benda yang letaknya jauh dari pembicara atau penulis. Juga digunakan untuk menunjukkan hal yang sudah lewat (masa lalu).

Kata ganti penunjuk tempat dalam bahasa Indonesia adalah kata sini, situ,atau sana. Kata sini diguanakan untuk sesuatu yang dekat, kata situ tempatnya agak jauh, sementara kata sana menunjukkan tempat yang jauh dari pembicara.


Demikian penjelasan singkat tentang kata ganti yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat.  *)

Kamis, 29 Juni 2017

Contoh Status Pamer yang Tidak Merasa Pamer

Tulisan ini saya buat karena mengalami peristiwa penting dalam hidup saya. Yaitu, diskusi dalam dan pertentangan antara paham dan tindakan yang selama ini saya hadapi.

Dalam pemaparan argumentasinya, orang yang berselisih paham dengan saya menganggap hal yang kami lakukan (saya gunakan kami karena saya bersama seorang teman) adalah mencari ketenaran. Kami masih dianggap ingin dilihat orang lain. Sementara dia mengaku sebagai orang yang hina. Dan dia bangga menjadi hina di mata masyarakat tetapi mulia di mata tuhan.

Nah, saya jadi berpikir BENARKAH?

Benarkah dia adalah orang yang baik di mata tuhan? sementara di sendiri mengaku, 'gak papa aku jelek di mata masyarakat tapi baik di mata Tuhan'. Dia sudah menjadi Tuhan? atau sudah bercengkrama dengan tuhan sehingga yakin bahwa sudah menjadi pribadi yang baik di mata Tuhan?

Benarkah di tidak membutuhkan hal ihwal pengakuan dari masyarkat? sementara kami justru diajak untuk mengikuti ajarannya.

Berkaitan dengan hal itu, ternyata banyak sekali hal yang kita lakukan di media sosial isinya adalah pamer. Seperti yang saya ungkapkan di atas bahwa ucapan orang yang sepertinya merendah justru meninggi.

Maksudnya, 'Gak papa saya hina di masyarakat' sepertinya adalah ucapan yang menghina diri sendiri. Tetapi ada pamernya, 'yang penting baik di mata Tuhan'. Menurut saya ini adalah ucapan pamer. Banyak sekali hal seperi ini yang kita lakukan.

Berikut ini contoh-contoh status pamer yang sangat mungkin pernah kita lakukan di media sosial.


Status di atas misalnya, sepertinya adalah status yang 'netral' padahal sebenarnya merupakan status yang berisi kesombongan dan usaha menunjukkan kepemilikan pribadi, yaitu 'mobil'.

Sadarkah kita pernah melakukan seperi ini?

Banyak lagi status-staus di media sosial yang seperti ini misalnya berkaitan dengan ibadah:

"Alhamdulillah, udah dhuha."

Status seperti di atas merupakan bentuk ekspresi diri yang ingin menunjukkan bahwa kita sudah atau sedang beribadah. Status-status yang mirip dengan status di atas adalah:

"Otw Teraweh"

"Alhamdulillah kuat poso"

"Mari salat duhur, kari ngenti asare"

Contoh status yang lain adalah:

"Hati tenang jika sudah berbagi."

"Semoga pemberian kami bisa bermanfaat ya."

"Menuju tadarus"

Status-status yang demikian merupakan catatan kita. Jika kita sudah berbuat baik dan mencatatnya sebagai status, mungkin malaikat sudah tidak lagi mencatatnya dalam buku amal kita.

Jika disimulasikan di akhirat kelak mungkin ada percakapan seperti ini:

Kita: "Mangapa amal baik kami di dunia tidak dicatat wahai pak malaikat?"
Malaikat: "Kenapa harus saya catat di buku saya? kamu kan sudah menulisnya sebagai status di facebook, twitter, bahkan kamu sudah punya dokumentasi yang kuat, foto di instagram?"
Kita: "Tapi malaikat?"
Malaikat: "Nah lho, jangan-jangan sebentar lagi kamu update status 'duh amalku gak dicatat sama pak malaikat' gitu?"


Rabu, 28 Juni 2017

Kumpulan Materi MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) | Menuju MPLS yang Berkualitas

Kumpulan Materi MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) | Menuju MPLS yang Berkualitas


Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah atau MPLS yang lebih dikenal dengan istilah MOS atau Masa Orientasi Siswa merupakan istilah baru. Istilah MPLS digunakan ketika Anies Baswedan menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.


Istilah MPLS digunanakn untuk meminimalkan praktik-praktik dan tindakan tidak mendidik yang acapkali ditemukan saat proses MOS untuk siswa baru di sekolah tingkat SMP maupun SMA.

Praktik-praktik tidak mendidik dalam MOS yang pernah dialami siswa baru biasanya berupa tindakan dan kegiatan tidak penting, misalnya:
- menggunakan plastik sebagai baju.
- menggunakan topi yang terbuat dari bola plastik.
- membuat dan menggunakan tas yang terbuat dari karung.
- menggunakan papan nama yang namanya aneh-aneh bahkan nama hewan.

Empat contoh di atas adalah contoh yang sama sekali tidak mendidik. Belum lagi tindakan (hukuman) yang diberikan oleh para seniornya kepada para juniornya. Misalnya,mencium tanah; menghitung jumlah semut; merayu pohon; jelas ini tindakan dan kegiatan yang sama sekali tidak penting.

Seharusnya, materi dalam MPLS merupakan materi yang bekaitan dengan tema besar yang harus tersampaikan dalam kegiatan MPLS di awal sekolah. Banyak materi MPLS yang sebenarnya mendidik.

Materi MPLS yang bisa mendidik antara lain:
- menggunakan plastik bekas di sekolah sebagai tas;
- membuat topi dari bahan yang tidak terpakai, bukan justru merusak bola yang sebenarnya bisa digunakan untuk berolahraga;
- menggunakan papan nama yang menggunakan nama tokoh, agar menginspirasi jasanya; nama provinsi untuk mengenalkan wilayah NKRI;

Dengan demikian, justru para peserta MPLS mendapatkan materi secara tidak langsung dari kegiatan yang dilakukan.

Hukuman-hukuman yang diberikan oleh para senior kepada juniornya juga hendaknya mendidik. Tidak lagi merayu pohon, tetapi diganti misalnya dihukum agar bisa menjual sebuah produk, ini tentu melatih untuk berwirausaha, sama-sama merayu. Jika merayu pohon sama sekali tidak berguna, maka merayu orang untuk membeli sebuah produk melatih junior untuk menjadi sales marketing yang hebat.

Hukuman menghitung semut juga bisa diganti dengan menghitung jumlah tanaman yang ada di lingkungan sekolah. Ini sangat berkaitan dengan wawasan wiyata mandala, mengetahui lingkungan sekitarnya.

Mencium tanah juga hal yang merupakan perpeloncoan, bisa diganti dengan melakukan push up sekian kali, asal tidak disertai dengan pukulan maka itu melatih fisik, bukankah kita semua sepakat bahwa di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Melihat dari itu semua, maka hal yang perlu diperhatikan dan disampaikan dalam MPLS sebagai materi setidaknya mencakup hal berikut:

Wawasan Wiyata Mandala

Adalah wawasan mengenai kemapuan membaca situasi dan lingkungan serta menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai siswa harus menyesuaikan dengan lingkungan sekolah yang baru, sebagai warga masyarakat harus juga menyesuaikan dengan konsensus (kesepakatan) yang ada dalam masyarakat tanpa harus meninggalkan kebaikan dan kebenaran yang diyakini.

Sopan Santun (Tata Krama)

Materi ini berkaitan dengan perilaku, sikap sosial, dan cara bergaul dengan sesama teman di sekolah. Dengan adanya materi ini, setelah mengikuti MPLS siswa baru dapat mengikuti proses adaptasi yang cepat dan tepat, serta mampu menghormati guru, kakak, adik, dan teman sekelas. Hal ini sangat penting mengingat masing-masing siswa baru memiliki kebiasaan yang berbeda-beda di sekolah asalnya.

Tata Tertib Sekolah

Masing-masing siswa baru tentu tidak mengetahui tata tertib yang berlaku di sekolah barunya. Maka dari itu, materi tata tertib sekolah perlu disampaikan dalam kegiatan MPLS. Hal ini diperlukan agar guru tidak perlu lagi membacakan dan mengumumkan materi tata tertib kepada siswa ketika sudah mulai aktif mengikuti pelajaran. Maka dari itu, masing-masing pemateri yang bertanggung jawab menyampaikan materi ini perlu memastikan bahwa tata tertib sekolah sudah dipahami dan jika perlu diikuti oleh siswa baru di sekolah tersebut.

Cara Belajar yang Baik

Materi cara belajar yang baik perlu diberikan kepada peserta MPLS, khususnya MPLS di tingkat SMP. Hal ini perlu disampaikan karena model belajar dan pembelajaran serta pembagian kelas dan guru sama sekali berbeda antara SD sebagai sekolah asal dengan SMP. Maka, perlu penyesuaian cara belajar juga.

Pengenalan Tata Ruang Sekolah

Pengenalan tata ruang sekolah perlu disampaikan kepada siswa baru agar siswa baru bisa dengan mudah menemukan apa yang dicari. Jangan sampai ketika pembelajaran sudah dimulai siswa baru tidak bisa menemukan lokasi ruang guru atau lokasi lab. Hal ini  tentu akan menyulitkan bagi siswa yang bersangkutan juga menyulitkan warga sekolah yang lain.

Cara pengenalan tata ruang sekolah bisa menggunakan pengamatan langsung. Hal ini memudahkan siswa baru peserta MPLS untuk bisa langsung mengenal lingkungan sekolahnya.

Pengenalan Warga Sekolah

Warga sekolah tidak hanya siswa, tetapi juga guru dan karyawan yang ada di sekoalh. Untuk mengenalkan satu persatu guru kepada siwa baru sangat sulit dilakukan jika peserta MPLS mencapai puluhan bahkan ratusan. Maka cara yang paling efektif adalah dengan memberikan kolom tanda tangan yang sudah disertai nama dan peserta MPLS boleh meminta tanda tangan yang bersangkutan. Hal ini dilakukan agar masing-masing siswa melakukan kontak secara langsung dengan warga sekolah, baik dengan guru, karyawan, maupun warga sekolah yang lainnya.

Baca Juga: Kumpulan Pantun Perkenalan untuk MOS dan MPLS


Keberhasilan pelaksaan MPLS merupakan gerpang pertama dan utama untuk mencapai keberhasilan pendidikan selama tiga tahun di sekolah tersebut.