Senin, 14 Agustus 2017

PEDOMAN MEREVISI DAN CONTOH REVISI LAPORAN PRAKONDISI PLPG 2017



Berikut ini disajikan beberapa komentar Mentor terhadap laporan yang disusun oleh peserta prakondisi.

1.      “Ringkasan Anda berupa potongan demi potongan paragraf, belum sebagai penuangan dalam bahasa sendiri”.

2.      “Meringkas adalah menarik intisari tulisan dengan dikemas menggunakan bahasa sendiri. Jadi bukan memotong-motong tulisan, paragraf, kalimat, dll. Oleh karena itu, tolong lengkapi dengan powerpoint dan dilengkapi dengan satu slide peta konsep. Untuk soal B, C, dan D tolong pahami dengan baik, berikan jawaban sesuai dengan apa yang diminta oleh pertanyaan tersebut, terima kasih”.

3.      “Tugas Anda berdua 80 % sama, yakni jumlah halaman, struktur kalimat, dan pilihan kata. Bahkan tiga bagian terakhir yaitu B, C, dan D, yang mestinya beda karena pengalaman subjektif guru ternyata juga sama. Perbedaan keseluruhan sangat kecil. Karena itu , saya menyarankan Anda berdua untuk memperbaikinya (merevisinya)”.

4.      “Tugas Anda akan dites tingkat plagiasi. Toleransi tingkat plagiasi tugas bisa diterima adalah 20 %”.

5.      “Dalam hal bahasa terjadi kesalahan-kesalahan sebagai berikut.

a.       Penggunaan tanda baca (titik, koma, titik dua, dan sebagainya).

b.      Penggunaan kata (misalnya kata depan yang ditulis serangkai dengan kata yang lain misalnya didalam, disamping, dan sebagainya).

c.       Penggunaan kalimat (banyak kalimat tidak bersubjek atau tidak berpredikat sehingga menjadi kalimat tidak efektif/tidak logis

Pesan saya, Cermatlah berbahasa”!



Berdasarkan komentar Mentor terhadap tugas pembuatan laporan, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh peserta prakondisi PLPG untuk merevisi laporan prakondisi PLPG 2017.

A.    Mengolah atau Menyusun Kalimat Sendiri

Berdasarkan komentar nomor 1 dan 2 di atas,  peserta prakondisi perlu mengolah atau menyusun kalimat sendiri dalam membuat ringkasan. Peserta tidak hanya memotong kalimat atau paragraf pada sumber belajar. Meskipun pada tugas tertulis untuk membuat ringkasan, sebagian mentor lebih cenderung kepada bentuk rangkuman atau ikhtisar. Pada rangkuman kalimat-kalimat telah tersusun rapi dan tidak terpisah satu dengan yang lainnya dan membentuk paragraf. Setiap paragraf memiliki satu ide pokok/pemikiran.

Ada juga mentor yang tidak mempermasalahkan bentuk penyajian laporan berupa ringkasan. Pada bentuk ringkasan, kalimat-kalimat dapat dipisah dengan angka-angka atau butir-butir. Setiap kalimat dalam satu butir atau angka tersebut memiliki satu ide pokok atau mengandung satu inti sari yang jelas.

Berikut contoh bentuk penyajian laporan yang hanya memotong-motong materi pada sumber belajar dan penyajian laporan yang disajikan dengan menyusun kalimat sendiri.





(Sumber Belajar “Karakteristik Siswa”)

1.      Laporan bentuk ringkasan dengan memotong kalimat

Metode dalam Psikologi Perkembangan

a.       metode longitudinal, peneliti mengamati dan mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu yang lama.

b.      metode cross sectional, peneliti mengamati dan mengkaji banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yang sama.

2.      Laporan dalam bentuk ringkasan dengan kalimat sendiri atau dalam bentuk lain (misalnya diubah dalam bentuk tabel)

Metode dalam Psikologi Perkembangan

Dalam meneliti perkembangan manusia ada dua metode yang digunakan oleh para peneliti, yaitu longitudinal dan cross sectional. Penjelasan dan perbedaan kedua metode tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel Metode dalam Psikologi Perkembangan Manusia

No
Nama metode
Penjelasan
Kelebihan
Kekurangan
1
longitudinal
peneliti mengamati
dan mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu
yang lama
kesimpulan yang diambil lebih meyakinkan, karena membandingkan
karakteristik anak yang sama pada usia yang berbeda-beda
memerlukan waktu sangat lama
2
cross sectional
peneliti mengamati dan mengkaji banyak anak
dengan berbagai usia dalam waktu yang sama
proses penelitian tidak
memerlukan waktu lama, hasil segera dapat diketahui
diperlukan kehati-hatian yang lebih dalam menarik kesimpulan



B.     Menyusun Laporan Secara Mandiri dan Tidak Melakukan Plagiasi dari Pekerjaan Peserta Lain

Berdasarkan komentar nomor 3 dan 4, peserta prakondisi perlu menyusun laporan secara mandiri, tidak melakukan plagiasi dari pekerjaan peserta lain. Jika dalam proses pengerjaan peserta berdiskusi dengan peserta lain, dalam proses penyusunan laporan haruslah melakukan variasi kalimat atau variasi bentuk penyajian.

Untuk variasi kalimat dapat mengubah kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya.

Contoh

1.      Dalam meneliti perkembangan manusia ada dua metode yang digunakan oleh para peneliti, yaitu longitudinal dan cross sectional.

2.      Para ahli menggunakan dua metode dalam meneliti perkembangan manusia, yaitu longitudinal dan cross sectional.

Untuk variasi penyajian, peserta dapat memvariasikan penyajian ringkasan dalam bentuk paragraf, tabel, peta konsep, powerpoint, dan sebagainya.









(Sumber Belajar “Karakteristik Siswa’)



Contoh Laporan

Pola penyajian 1

Teori Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap yaitu: penalaran prakovensional, konvensional, dan pascakonvensional. Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dan dikendalikan oleh imbalan dan hukuman eksternal.Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah  yang membuat seseorang menaati standar-standar tertentu, tetapi tidak menaati standar orang lain, seperti orang tua dan masyarakat. Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi. Moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. 

Karakteristik spiritual yang utama adalah perasaan dari keseluruhan dan keselarasan dalam diri seorang, dengan orang lain, dan dengan Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan.

Pola Penyajian 2

Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg
1) Tingkat Satu: Penalaran Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.

2) Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah dari teori perkembangan moral Kohlberg. Seorang menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.

3) Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki
pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.



Pola Penyajian 3

Perkembangan Moral Menurut Teori Kohlberg


No
Tahapan
Penjelasan
1
Penalaran Prakonvesional
a.       tingkat yang paling rendah
b.      anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal
2
Penalaran Konvensional
a.       tingkat kedua atau tingkat menengah
b.      Seorang menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar (internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
3
Penalaran Pascakonvensional
a.       tingkat tertinggi
b.      moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain.





C.    Memperhatikan Aspek Penggunaan Bahasa Yang Baik dan Benar

Berdasarkan komentar nomor 5 (lima) di atas, peserta prakondisi perlu memperhatikan aturan ejaan dan penggunaan kata, kalimat, paragraf yang baik atau sesuai dengan kaidah.

Peserta perlu memahami pedoman umum ejaan bahasa Indonesia.




Berikut ini disajikan penggunaan ejaan/tanda baca yang salah, alasan kesalahan, dan perbaikan sehingga tepat.



No
Penggunaan ejaan dan tanda baca yang salah pada kalimat
Alasan Kesalahan
Penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat pada kalimat
1.
Fafad menulis makalah dengan judul “ bahaya dan akibat mengonsumsi narkoba”
Huruf pertama setiap kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital kecuali huruf pertama kata depan atau kata sambung tetap ditulis dengan huruf kecil.
Fafad menulis makalah dengan judul “ Bahaya dan Akibat mengonsumsi Narkoba”.
2.
Husein telah berkunjung ke bali dan lombok.
Huruf awal nama kota atau nama geografi harus ditulis dengan huruf kapital.
Husein telah berkunjung ke Bali dan Lombok.
3.
Dimana dia sekarang?
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Di mana dia sekarang?
4.
Akhir Pebruari Fadel akan mengadakan pertunjukan musik.
Penulisan kata Pebruari seharusnya Februari.
Akhir Februari Fadel akan mengadakan pertunjukan musik.
5.
Kita memerlukan alat-alat tulis penggaris, buku, dan pulpen.
Pernyataan kalimat lengkap dan diikuti pemerincian atau penjelasan harus menggunakan tanda titik dua (:)
Kita memerlukan alat-alat tulis: penggaris, buku, dan pulpen.
6.
Siapa pencipta lagu Indonesia Raya?
Tanda petik (“…”) dipakai untuk mengapit judul lagu yang dipakai dalam kalimat.
Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?



Berikut ini disajikan contoh kegiatan menyunting kalimat

No
Kalimat tidak efektif
Keterangan (alasan kesalahan)
Kalimat efektif (perbaikan)
1.       
Sebagai tempat beribadah, harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak menjelaskan sesuatu yang harus dilengkapi. Kalimat tersebut tidak menyertakan subjek kalimat.
Sebagai tempat membaca, masjid harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
2.       
Peternak sebelum ada kebijakan impor daging sapi dari Pemerintah, tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Ketidaktepatan Penempatan Unsur dalam Kalimat
Kalimat tersebut tidak efektif karena salah meletakkan kata petani. Kata petani seharusnya diletakkan di belakang tanda koma.
Sebelum ada kebijakan impor daging sapi dari Pemerintah, peternak tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
3.       
Para ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
Penggunaan Unsur Kalimat secara Berlebihan
Kalimat tersebut tidak efektif karena pemakaian kata Para dan ibu-ibu yang keduanya menunjukkan makna jamak. Kata ibu tidak perlu diulang
Para ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih atau lbu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
4.       
Guru menugaskan siswanya membuat karangan
Penggunaan kata bentukan yang salah
Akhiran –kan pada kata menugaskan membutuhkan objek tak langsung. Seharusnya menggunakan akhiran-i
Guru menugasi siswanya membuat karangan .
5.       
Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan kabel.
Paralelisme/Kesejajaran
Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat. Jika bentuk pertama menggunakan kata kerja (mengecat) bentuk selanjutnya juga harus kata kerja (memperbaiki bukan perbaikan, memasang bukan pemasangan)
Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, memperbaiki saluran air, dan memasang kabel.
6.       
Di Yayasan itu dipelajarkan berbagai Keterampilan wanita
Kontaminasi/kerancuan
Pada kalimat tersebut terdapat bentuk kata rancu yaitu dipelajarkan.
a.       Di yayasan itu, diajarkan berbagai Keterampilan wanita
b.      Di yayasan itu, dipelajari berbagai Keterampilan wanita.
7.       
Sebelum  ke kamar mandi, Mirta meminta ijin pada gurunya.
Ketidakbakuan
Pada kalimat tersebut ada kata tidak baku yaitu ijin yang seharusnya izin.
Sebelum ke kamar mandi, Mirta meminta izin pada gurunya.
8.       
Kalau lulus ujian, maka Afniakan mengadakan syukuran.
Kesalahan konjungsi
Penggunaan konjungsi maka yang salah.
Kalau lulus ujian, Afni akan mengadakan syukuran.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar